Tuesday, November 27, 2012

Negeri Orange




Suatu hari Andrew kecil membantu ibunya mengangkut buah-buah orange dalam kardus-kardus ke dalam rumah. Timbul pertanyaan-pertanyaan dalam benaknya untuk ditanyakan, namun ibunya kelihatan sibuk sehingga dia mengurungkan niatnya. Dan ketika semuanya sudah beres dia bertanya.

"Mom, untuk apa semua buah orange ini?"

"Hmm? Oh ini semua untuk besok, nak"

"Besok? Emang ada apa, mom?"

"Lhoh, kau lupa ya? Besok ada pesta buah orange di seluruh kota"

"Well, aku memang lupa"

"Omong-omong kau tau tidak mengapa tiap tahun kita mengadakan pesta buah orange?"

"Tidak, Mom. Memangnya bagaimana ceritanya"

Dan cerita pun dimulai...

Di negeri ini dahulu kala ada sebuah kerajaan yang kecil namun mereka hidup makmur dan berkecukupan. Mereka dekat dengan laut sehingga bisa mendapatkan hasil laut yang mencukupi. Tanahnya subur sehingga hasil tanam mereka pun melimpah.

Mereka menikmatinya berpuluh-puluh tahun, hingga suatu hari yang indah dimana berlangsungnya pernikahan putra mahkota dengan seorang putri dari negeri nunjauh di sana. Namun setelah seminggu setelah itu sang putri jatuh sakit. Berbagai tabib dan obat dari negeri itu tak mampu menyembuhkan sang putri.

Lalu sang raja, ayah dari putra mahkota kerajaan menyarankan anaknya untuk pergi ke negeri daerah asal sang putri untuk meminta petunjuk. Dengan persiapan yang matang dan keberatan hati dari sang putri, maka berangkatlah sang pangeran dan rombongan menuju negeri nun jauh di sana.

Perjalanannya melelahkan namun rombongan sampai dengan selamat di negeri sang puteri. Sang pangeran pun menyampaikan berita duka kepada kerajaan sang puteri. Kerajaan pun ikut bersedih dan bersedia membantu sang pangeran mencari penyembuh sang puteri.

Dan dikumpulkanlah semua cendekiawan dan para tabib dari seluruh pelosok negeri untuk berdiskusi mencari penyembuh untuk sang puteri. Para cendekiawan tua kemudian menyarankan kepada sang pangeran untuk meimnta nasehat para pertapa di gunung Crea. Maka berangkatlah pangeran bersama rombongan ke gunung Crea.

Di sana pangeran bertemu dengan pertapa tua yang bijaksana. Dia memberi petunjuk kepada pangeran untuk pergi ke negeri Tive, negeri para pertapa dimana terdapat buah yang melegenda yang multiguna. Namun sang pangeran harus berangkat sendiri untuk mengambilnya.

Sebelum berangkat sang pertapa memberi 3 pesan yang harus diingat ketika mengalami kejadian-kejadian yang besar. Sang pangeran pun mendengarkan dengan baik dan segera berangkat menuju negeri Tive.

Di tengah perjalanan sang pangeran ditangkap oleh pihak kerajaan musuh dan tanpa basa-basi dia dipenjarakan oleh kerajaan. Penjaranya terletak di sebuah lubang yang dalam yang memberi harapan bagi tahanan. Dia melihat bahwa para tahanan yang hidup bersamanya adalah orang-orang muda yang kehilangan semangat hidup, godaan bahwa dia tidak bisa keluar pun timbul. Dan pangeran pun teringat pesan pertama dari pertapa, bahwa umur muda adalah senjatamu maka jangan pernah menyerah sepeti orang-orang tua. Sang pangeran pun mendapatkan semangatnya kembali dan mulai mendaki lubang penjara dengan susah payah dan akhirnya dia berhasil meskipun meregang nyawa.

Perjalanan pun berlanjut, kali ini pangeran melewati sebuah negeri yang dirasa aneh. Dimana para penduduknya harus bersusah payah mengantri di salah satu rumah untuk mendapatkan seember air setiap hari. Karena terpikir oleh kesehatan sang puteri, sang pangeran pun bingung antara memilih penduduk atau langsung pergi ke Tive. Dan pangeran pun teringat pada pesan kedua sang pertapa bahwa setiap manusia itu ingin kemanusiaan. Pangeran pun memutuskan menolong penduduk mencari sumber air baru.

Di negerinya, pangeran selalu melihat penduduk negerinya menggali tanah untuk mendapatkan air. Dengan pengamatan yang tepat dan dibantu para penduduk lain, pangeran menggali sepetak tanah untuk mendapatkan sumber air. Dan para penduduk pun bersukacita telah ditolong oleh sang pangeran. Pangeran pun pergi menuju negeri Tive dengan tenang.

Namun sebelum berangkat dia mendapati seorang rombongan utusan dari kerajaannya datang kepadanya. Mereka membawa berita bahwa teman kecil sang pangeran akan menikah. Sang pangeran pun tampak bersuka cita namun kemudian dia bimbang antara mengikuti pesta pernikahan sahabatnya atau melanjutkan perjalanan ke negeri Tive. Kemudian dia teringat pesan ketiga dari sang pertapa pertemanan takkan berakhir, sang pangeran pun memutuskan kembali ke negerinya untuk mengunjungi pesta pernikahan sahabat masa kecilnya.

Perjalanannya singkat dan pestanya meriah sekali. Sahabat pangeran terlihat bahagia dan ketika menemukan pangeran ada di pesta pernikahannya, dia agak terlihat tidak enak hati karena sang pangeran dalam misi khusus. Namun sang pangeran tidak mempermasalahkan, dia hanya mempasrahkannya kepada Tuhan.

Sekembalinya ke kastil kerajaan, sang pangeran pun langsung menjenguk sang puteri yang wajahnya sangat pucat tertidur. Dia meminta maaf pada puteri karena gagal mengambil buah dari negeri Tive. Sang puteri tidak mempermasalahkan, dia bersyukur karena sang pangeran sampai ke kerajaan dengan selamat. Tiba-tiba pintu terbuka dan terlihatlah sang pertapa menghampiri pangeran.

Dia mengucapkan selamat kepada pangeran karena berhasil dalam perjalanannya. Dia berhasil melewati kejadian-kejadian yang dilaluinya saat perjalanan dengan berpedoman dengan pesannya. Sang pertapa pun memberikan sebuah butir buah kepada pangeran dan berpesan agar biji buahnya setelah dimakan oleh sang putri agar ditanam di sekitar kastil. Puteri takkan sembuh dengan sekejap mata, tapi dia akan berangsur-angsur sembuh jika terus makan buah itu. Setelah meninggalkan pesan misterius, sang pertapa pun menghilang dalam kabut asap.

Puteri pun memakan buah itu dan biji buahnya ditanam oleh sang pangeran. Sang pangeran terkejut karena dalam semalam biji itu pun tumbuh menjadi pohon dan langsung berbuah. Dia pun memetik buahnya dan langsung dimakan oleh sang puteri, dan bijinya ditanam kembali. Begitu seterusnya hingga seluruh area kastil ditumbuhi pohon buah tersebut. Berangsur-angsur kemudian sang puteri sembuh, namun kebiasaan memakan buah dan menanam bijinya itu berlanjut hingga seluruh negeri dipenuhi dengan pohon buah itu. Orang-orang menyebutnya buah orange karena warnanya yang orange keemasan, dan karena setiap pelosok negeri terdapat buah itu maka negeri itu disebut dengan Negeri Orange.

Tamat.

No comments: