Monday, December 10, 2012

Windyasari

Editor's note: ini adalah hari Senin dan Oshi (Orange Cake Creative) akan menulis tentang cewek-cewek yang terjun ke ranah musik Indonesia. Mungkin kebanyakan sih musisi Indie :). Kali ini Windyasari salah satu musisi folk yang artikelnya kita copas dari Uncluster enjoy! :)


Windyasari ‘Time Will Tell’

Windyasari adalah solois, gitaris yang sebelumnya tergabung dalam band garage rock asal Bandung, Jack And Four Men (RIP). Selepas bubarnya Jack And Four Men, Windyasari kemudian memutuskan untuk membentuk project solo folk yang baru saja merilis album, Time Will Tell. Penyuka The Tallest Man On Earth ini mengaku banyak terinspirasi dari band-band berpersonilkan laki-laki dibanding dengan band yang berpersonilkan perempuan. Mengapa demikian? Simak hasil wawancaranya berikut ini.
Hi Windyasari!
Hi!
Bisa ceritakan mengenai proses album solo terbarunya?
Prosesnya sendiri memakan waktu kurang lebih selama satu tahun. Mulai dari menyiapkan materi, penulisan lagu, sampai design cover dilakukan sendiri dan rilis sendiri juga alias self-released hehe. Kalau pengerjaannya sih lagu-lagunya direkam di studio, kemudian proses mixing dilakukan sendirian di laptop terus kalau tahap masteringdi lakukan di studio juga.
Kapan sih kamu belajar main gitar?
Saya mulai bermain gitar ketika umur 14 tahun. Kalau tidak salah lagu pertama yang saya mainkan itu adalah lagu dari The Beatles – Yesterday. Kemudian mulai serius main gitar pas umur 16 tahun ketika pertama kali ngeband bareng temen-temen cewe dan suka nge-cover lagu-lagu dari Blur, Oasis dan Hole.
Ada perbedaan antara menjadi solois dan tergabung dengan band?
Sangat berbeda. Yang pertama kalau tergabung di sebuah band itu banyak sekali buah pikiran dari semua personil yang mesti digabungin jadi satu. Kalau solo enaknya semuanya bisa dikerjakan dengan sendiri dan ego dapat tersalurkan. Cuma kekurangannya kalau main solo bebannya terasa lebih berat dibandingkan dengan band.
Siapakah musisi yang paling berpengaruh bagi kamu?
Dari dulu saya banyak terinspirasi Noel Gallagher gitaris dari Oasis yang telah banyak mempengaruhi saya dalam hal gaya bermain gitar. Namun, ketika saya mulai bermain musik folk, saya jadi banyak dengerin The Tallest Man On Earth.
Mana yang kamu pilih rilis secara DIY atau bergabung dengan label?
Sebenarnya selama saya bermusik dan merilis album tidak pernah bergabung dengan label tertentu. Kesemuanya merupakan self-released aja dengan semangat DIY. Tapi sebenarnya kalaupun akhirnya nanti bergabung dengan sebuah label selama saling menguntungkan ya, kenapa tidak.
Opini kamu mengenai banyaknya bermunculan band-band baru yang mengusung genre Folk?
Bagus sih, jadi banyak temen hehe. Awalnya sedikit takut ketika si folk ini cuma bakal jadi trend sesaat. Mungkin akibat pengaruh dari band-band serupa dari Inggris ya. Karena disana juga folk sedang sedang naik daun dan ramai diperbincangkan. Jadinya cukup senang juga kalau ternyata si folk ini memang cukup digemari di Indonesia.
Inspirasi ketika menulis album Time Will Tell datang dari mana?
Itu sebenarnya menceritakan tentang band saya terdahulu yang akhirnya bubar hehe.
Panggung yang paling berkesan selama manggung?
Waktu Geekfest 2012 di Sabuga, Bandung. Soalnya waktu itu saya main dengan format full band dan tidak sendirian seperti biasanya. Mungkin saya sendiri tidak yakin kapan bisa live dengan format seperti itu lagi. Kemudian di AMN #8 Gigs di Jakarta. Waktu itu saya kebagian main di penghujung acara meski sepi penonton ternyata saya mendapatkan sambutan yang luar biasa sehingga ditawari lagi untuk main di event tersebut.
Mana yang kamu pilih lirik bahasa Indonesia atau bahasa Inggris?
Lirik bahasa Inggris kali ya. Mungkin karena sering dengerin lagu berbahasa Inggris jadi, banyak terpengaruh juga. Pernah sih mencoba menulis lirik dalam bahasa Indonesia cuma kayanya belum cocok aja.
Ada apa dengan The Tallest Man On Earth?
Saya banyak belajar dari dia. Saya menyukai caranya memainkan musik folk yang bisa enak dilihat dari segiperformance dan enak didengar dari segi musiknya itu sendiri.
Minta 5 lagu playlist kamu dong!
The Kills – Goodnight Bad Morning
The Tallest Man On Earth – Revolution Blues
Fleet Foxes – Blue Spotted Tail
The Tallest Man On Earth – Leading Me Now
Jake Bugg – Taste It
Jika ada kesempatan untuk berduet, memilih dengan siapa?
Karena dari dulu saya selalu kagum melihat musisi-musisi cowo ya jadi lebih memilih berduet dengan musisi cowo. Yang pertama mungkin karena penampilan mereka lebih atraktif, skill yang jago main musiknya dan saya banyak terinspirasi dari mereka. Mungkin kalau musisi luar mah pengen duet sama The Tallest Man On Earth. Kalau musisi lokal pengennya duet sama solois blues, Adrian Adritomo.
Terima kasih atas waktunya.
Sama-sama.
[teks/foto: Dean Genial Iqbal]

No comments: