Tuesday, July 17, 2012

I'm Number Four - 2011



John: ” You have no idea of what I’m capable of “

Ia terlahir dengan nama ‘Number Four’, hmm… nama yang tidak lazim, tapi kita akan memanggil pemuda satu ini dengan sebutan Jhon Smith (Alex Pettyfer),  satu dari sekian banyak nama samaran yang sudah dipakainya untuk menyembunyikan identitas rahasianya selama pelariannya bersama sang guardian, Henri (Timothy Olyphant). Ya, Jhon bukanlah remaja biasa, ia sebenarnya adalah salah satu dari sembilan mahkluk asing yang dikirim ke bumi dari planet asal mereka, Lorien dalam wujud anak manusia untuk menghindari kejaran ras kejam, Mogadorians yang sudah menghancurkan planetnya dan kini juga menincar nyawa kesembilan anak Lorien secara berurutan.
Selama bertahun-tahun Jhon hidup dalam pelarian, bersembunyi di bawah lindungan Henri hingga akhirnya pada suatu hari Jhon menemukan bahwa Number Three telah tewas di bunuh para Mogadorians, itu artinya Jhon adalah sasaran berikutnya. Demi menyelamatkan Jhon, Henri kemudian menyembunyikan Jhon di kota Paradise, Ohio . Di tempat ini Jhon berusaha kembali menjalani kehidupannya sebagai anak SMU biasa. Di tempat ini juga ia bertemu dengan Sarah Hart (Dianna Agron), gadis cantik yang mampu membuatnya merasakan cinta, dan disaat bersamaan Jhon juga mulai merasakan adanya kekuatan besar yang tubuh dalam dirinya. Kekuatan yang mungkin bisa menjadi pilihannya untuk tidak lagi bersembunyi selamanya, melainkan berjuang melawan para Mogadorians yang selama ini telah merengut kehidupan normalnya.

I Am Number Four sebenarnya dapat dengan mudah memperoleh kesuksesan luar biasa seperti yang sudah dirasakan oleh Twilight Saga, kenapa? Pertama keduanya sama-sama merupakan film yang diangkat dari novel best seller, selain itu keduanya juga sama-sama menyajikan premis familiar dimana seorang pria non-human tampan yang menyembunyikan identitasnya, dan pada akhirnya jatuh cinta pada gadis biasa. Bedanya,  I Am Number Four, novel 6 seri yang ditulis oleh Jobie Hughes dan James Frey inilebih memilih jalur Sci-fi dengan kehadiran para alien berwujud pria tampan ketimbang vampire-romance yang rupanya juga membuat nama besar seperti Michael Bay kepincut untuk membeli manuskiripnya dari DreamWorks 2009 silam, tentunya dengan harapan kesuksesan luar biasa yang diperoleh franchise Twilight juga dapat menular pada I Am Number Four kelak. Dikarenakan kesibukannya menggarap sekuel kedua Transformers, Michael Bay hanya duduk di bangku produser dan menyerahkan posisi sutradara pada D. J. Caruso, sutradara yang bertanggung jawab dibalik kesuksesan Distrubia dan Eagle Eye.

9 alien berwujud manusia yang diberi lebeli dengan kode nomor, dikirim dari planet asing, memiliki kekuatan super di saat mereka beranjak dewasa, berjuang untuk menyelamatkan bumi dari cengkeraman kekuasaan jahat, hmm…terdengar hebat bukan? Namun jujur saja saya tidak sepenuhnya merasakan sensasi dahsyat tersebut, entah karena I Am Number Four terhitung masih sebagai cerita pembukaan dari 6 seri yang ada, atau memang ketidakmampuan Caruso meramunya sebagai sebuah tontonan action sci-fi mengelegar, atau juga bisa keduanya.  Saya tidak mengatakan bahwa film yang didistribusikan oleh anak perusahaan Disney, Touchstone Pictures ini buruk, tidak..tidak, hanya saja untuk ukuran sebuah film yang dikemas untuk layar lebar dengan premis menarik, I Am Number Four memulai franchise nya dengan kurang meyakinkan, ia tampak seperti sebuah serial televisi dengan durasi panjang ketimbang sebuah film. Kali ini harus diakui Caruso gagal mengolah adegan per adegannya dengan maksimal, masih terlalu banyak momen datar, repetitif, membosankan dan cheesy di 3/4 durasinya, bahkan episode pilot pada serial Heroes saja bisa lebih menarik dari pada ini. Baru pada menjelang akhir tensi sedikit mulai meningkat, bisa dibilang sebagian besar dari budget 50 juta Dollar itu dihabiskan pada bagian ini. Ya, walaupun tidak sampai terlalu spektakuler namun 20 menit akhir bisa jadi adalah bagian terbaik dan mungkin yang paling menghibur dari I Am Number Four. Rentetan adegan aksi plus dukungan spesial efek CGI yang dikerjakan oleh Industrial Light & Magic ini begitu mendominasi klimaks film ini, yah, bisa dibilang penantian panjang penontonnya di awal-awal yang membosankan dapat sedikit terobati dengan penutupan yang menarik dan dibumbuhi beberapa kejutan kecil.

Jika Twilight punya Edward dalam diri  R-Patz, alias Robert Pattinson, I Am Number Four juga sepertinya tidak mau kalah untuk dapat merebut hati penontonnya, khususnya para kaum hawa dengan menampilkan A-Pettz, ha..ha..kidding, maksud saya Alex Pettyfer, sosok yang 5 tahun lalu sempat kita saksikan kiprahnya sebagai ‘James Bond’ cilik, Alex Rider dalam Stormbreaker. Alex Pettyfer jelas memenuhi semua kriteria untuk menjadi idola baru.  Ok, dia jelas tampan, setidaknya ia terlihat lebih jantan ketimbang Pattison, plus tatapan dingin dan dukungan tubuh atletis maka aktor asal Inggris ini memang sangat pas didadapuk sebagai Jhon Smith a.k.a Four walaupun jujur saja kualitas aktingnya jelas jauh dari memuaskan. Untuk semakin memeriahkan suasana ada artis cantik Dianna Agron yang baru saja tampil dalam Burlesque tahun lalu sebagai love interst Jhon, dan tidak hanya itu, kemunculan Teresa Palmer ( The Sorcerer’s Apprentice)  yang pada awal-awal hanya diperlihatkan sekilas, ternyata mampu memberikan sebuah kejutan manis pada akhir film dengan penampilannya yang mempesona sebagai number six yang tangguh dan seksi.

I Am Number Four memang bukan yang terbaik dari seorang D. J. Caruso. Sebuah action sci-fi adaptasi novel laris bepremis menarik, namun sayang digarap kurang meriah dan maksimal, apalagi untuk ukuran sebuah film layar lebar. Tapi setidaknya sebagai sebuah tontonan hiburan, I Am Number Four masih cukup layak dijadikan pilihan, dan saya tetap antusias menunggu sekuel-sekuel selanjutnya, jika memang memungkinkan untuk diteruskan.


Rating:
 ★★★★★★★☆☆☆ 


sumber: http://movienthusiast.com/2011/05/review-i-am-number-four-2011/

No comments: